Aku
memulai mengisi lembar putih dengan hitam, bersama pikiran yang berkelana
menjejaki beberapa kejadian lalu. Kebahagiaan luar biasa yang terkadang membuat
akal lupa tentang siapa pemberi kebahagiaan. Skenario yang tak sesuai dengan kenyataan,
membuat diri enggan mengerti dengan keadaan, menganggap sesuatu yang bertolak
belakang dengan keinginan sebagai bentuk ketidakadilan. Setiap hari, rasanya
aku seperti menimbun butir demi butir kerikil, menjadikannya tinggi dengan
tumpukan dosa.
Ketika
ribuan ajakan baik menghampiri mata dan telinga, aku terlalu bodoh hingga
memilih untuk mengeraskan hati, membiarkannya masuk tanpa mau repot untuk kurenungkan
lagi. Aku selalu jadi keras kepala, merasa hebat, menampik dan melupakan fakta
bahwa semua yang kujalani selama bukan berarti apa-apa. Engkau selalu punya
jutaan jalan untuk menegurku, dan aku dengan segala kesombonganku selalu punya
cara untuk kembali menghiraukannya.
Terlalu terlena dan terbiasa dengan
fananya dunia. Hingga perlakuan, perkataan, pun berpikir buruk menjadi
kebiasaan yang selalu kuabaikan akibatnya. Ada saat dimana aku hanya mengingat
dosa begitu adzan mulai berkumandang. Dan saat itupun, lagi-lagi, aku memilih
mengabaikan pangilanMu, kembali bergelut bersama aktivitas tak berguna yang nyatanya
hampir setiap hari kuulang dan kulakukan. Lalu di malam hari ketika aku
berbaring sendirian di kamar gelap, dengan mata yang masih sepenuhnya terbuka
bersama pikiran yang memutar imaji tentang mengerikannya hukumanMu, aku
ketakutan, menangis, dan melirih meminta ampunan.
Ya
Allah, aku bodoh, bukan?
Ada pula saat dimana aku terus menyalahkan
diri, mengutuk dan berakhir pasrah.
“Seharusnya aku jangan begini. Seharusnya aku nggak membuatnya sakit hati.
Seharusnya aku lebih berhati-hati lagi.” Pada saat itu, yang bisa kulakukan
sebagai manusia pengecut hanyalah menyesal. Kemudian mulai bertekad dalam hati
untuk memperbaiki diri, berusaha bertindak lebih hati-hati, mengingat segala
balasan yang pasti kuterima di akhir sebagai bayaran dari segala yang telah aku
lakukan. Namun sejatinya, memikul tiga karung berisi beban menggunakan dua bahu
saja adalah hal yang sulit untuk seimbang dilakukan. Bahkan hari belum sempat
berganti, tapi segala penyesalan dan sumpah yang kuucapkan begitu mudahnya
untuk menguap dan hilang. Kemana perginya tangis sesal yang kemarin kuraungkan?
Mengapa niatan selalu enggan berdiri kokoh tanpa bergoyang dari tempatnya?
Ketika malam, aku selalu berjanji
pada diriku sendiri, “besok pagi, ayo
jadi seseorang yang lebih baik dari kemarin.” Aku menyusun beberapa rencana
yang mungkin bisa kugunakan untuk memulai. Hal-hal kecil yang kulakukan bersama
keluarga, bersikap lebih hangat meski harus menelan canggung. Aku terus
berusaha membiasakan diri seiring sisa hari yang masih bisa kujalani. Mau
sampai kapan aku dibuat nyaman oleh waktu?
Perlahan, aku mencoba membuka hati.
Ayat yang selama ini hanya kulantunkan lewat bibir, mulai kupahami isi apa yang
Engkau sampaikan disana. Merenungkannya, dan mulai berkaca diri.
Ya Allah, tak ada satupun kehidupan
yang luput dari pandanganMu. Selama tujuh belas tahun hidupku, segala yang
kulakukan; baik hal buruk kecil yang selalu kuanggap sepele akibatnya, hingga
kekhilafan besar yang jelas kuketahui salahnya, pun secuil perbuatan baik yang
kulakukan, selalu berada di bawah pengawasanMu. Aku perlahan menyadari
bagaimana setiap peristiwa besar yang terjadi di dunia ini adalah bagian dari
skenarioMu. Kami disini hanyalah peran yang Engkau mainkan, dengan kebebasan
kami untuk memilih watak serta pikiran.
Ya Allah, tak ada anugerah yang
lebih besar untukku selain Engkau yang mengizinkanku untuk menjadi seseorang
dengan jalan pikiran yang berbeda, membuka akal akan kenyataan; bahwa tak ada
Tuhan selain Engkau, tak ada pula penguasa yang lebih tinggi dari Engkau.
Terima kasih telah membawaku sadar. AnugerahMu ini, akan berusaha kujaga sebaik
mungkin, akan kuistiqomahkan segala ibadah dan perbuatan baik yang kulakukan.
Rugi yang besar bagiku kalau sampai aku membuat Engkau kecewa.
Karya: Adelia Rizky dari SMAN 16 Bandar Lampung
masya allah, kerenn🐍
ReplyDeleteMasya allah, kerenn semangatt
ReplyDeleteSemangat ����,semogaa menang
ReplyDeleteKRENNNN, SMANGATT!!
ReplyDeleteMasya allah, keren banget
ReplyDeleteMasyaallah, keren
ReplyDeleteSemangat semangat! Ini keren ��
ReplyDeleteWAH HEBAT!!!������
ReplyDeleteBEHHH GOOD!
ReplyDeleteMashaallah nyentuh banget.!:)
ReplyDeletekeren sekali..!
ReplyDelete“besok pagi, ayo jadi seseorang yang lebih baik dari kemarin.” kata kata yang selalu rajin terucap, dan semoga benar benar dapat terlaksana ya:) semangat untuk aku untuk kamu dan untuk kita semuanya yang masih sama sama dalam proses perbaikin diri🧡
ReplyDeletekereen semangat ya!
ReplyDeletetertampar banget sama suratnya:"D semangat adel
ReplyDeleteMasya allahh, semoga menaangg!
ReplyDeleteUhhhhhhh semangatttt,kerennnn,semoga menangggg😽
ReplyDeletefrom: anonymous
ReplyDeleteto: kamu
"berubah itu sukar, tapi yang lebih sukar adalah beristiqomah dengan perubahan diri, hanya yang berkeazaman kukuh teguh meneruskan."
semangat semuanyaa!!
WAHHH KEREN BGTTTT, SEMANGATT YAAA^^
ReplyDeleteAjib, good. wkwk
ReplyDeleteBagus dan menarik
ReplyDelete😍
ReplyDeleteBagus sekali
ReplyDelete😍
ReplyDeleteSemangat🙌
ReplyDeleteSemangat 🥰👍🏻
ReplyDeleteTerharu bacanya
ReplyDeleteSemangat ✨
ReplyDeleteSemangat
ReplyDeletesemangat
ReplyDeleteKeren banget 😍 semoga menang amin 😇
ReplyDeleteWahh masyaallah bagus ini,semangat
ReplyDeleteUntuk renungan dan aku terharu. Tetap berkarya, selalu semangat, dan optimis.
ReplyDeletecool
ReplyDeleteMasyaa Allah,namparr bangetttt
ReplyDeletesemangatttt!🙌🏻✨
masyaAllah semangatttt
ReplyDeleteKeren
ReplyDeleteMasyaAllah, semangat
ReplyDeleteMasyaallloh bagus banggttt "), semangat ya smua
ReplyDeleteMasyaallloh, bagus bangttt ")
ReplyDeletekeren
ReplyDelete