Teman Setia
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Engkau yang selalu kucintai,
Engkau yang selalu kurindukan kasih sayangnya,
Engkau yang selalu kusebut namanya disetiap doa,
Engkau yang selalu ada di setiap langkah dan nafasku,
Ya Allah Yang Maha Pengasih…
Terima kasih, karena telah mengasihiku dengan kasih-Mu yang tak terbalas, hingga aku bingung
harus dengan apa aku membalasnya. Terima kasih, karena masih menerimaku sebagai hamba-Mu
yang telah banyak berlumur dosa, walaupun ku tau Engkau selalu menerima diri ini setiap saat,
apapun kekurangan yang ada didiri ini masih Engkau terima meskipun kenyataannya memang diri
ini takkan pernah sempurna, karena aku adalah makhluk yang engkau ciptakan yang diberi hawa
nafsu, dan itu pasti ada di setiap diri manusia.
Ya Allah Yang Maha Tahu…
Hati ini ingin menumpahkan segala yang terpendam di dalamnya, walau aku tahu tanpa aku
mengatakannya sekali pun Engkau telah mengetahuinya lebih dulu, tapi biarkan saja mungkin
dengan menulis surat ini maka hatiku akan lebih tenang dari yang sebelumnya. Dan saat aku mulai
menulisnya, izinkan aku mencurahkan segala yang terpendam di dalam hati.
Ya Allah Yang Maha Adil…
Berat rasanya untuk menjalani roda kehidupan ini, mengapa dunia ini terlalu kejam untukku?
Hingga aku merasa Engkau telah berbuat tidak adil kepadaku. Aku iri! Saat melihat senyum mereka
yang terukir tanpa beban, saat melihat mereka mampu meraih bahagia tanpa ada rintangan yang
dilewati.
Dan pada saat itu juga, aku membandingkan hidup mereka dengan hidupku yang sedang berjalan,
sungguh…..air mataku kembali mengalir yang sebelumnya sudah kututupi dengan senyuman kecil
di wajah ini. Walaupun aku tau, aku pernah merasakan kehidupan seperti mereka, tapi mengapa rasa
itu sangat cepat berlalu? Ya Rabb, kapan lagi Engkau akan berikan kebahagiaan itu padaku? Maaf
jika aku sering lupa akan nikmat yang Engkau berikan.
Ya Rabbii…
Aku selalu mencoba berdamai dengan hati agar bisa tidak merasa iri dengan kehidupan orang lain,
tapi mengapa sulit sekali melakukannya. Mungkin dengan cara aku mendekatkan diri dengan kalam-
Mu, melaksanakan segala perintah-Mu dari yang wajib sampai yang sunnah, aku berfikir diri ini
akan merasakan ketenangan di dalam hati, tapi mengapa semua yang kulakukan terasa sia-sia. Maaf
jika aku terlalu cepat untuk menyerah menghadapi kehidupan.
Ya Rabbii…
Aku masih mencoba untuk bertahan dengan segelintir iman yang masih kumiliki. Dengan bantuan-
Mu yang tak pernah sedetik pun membiarkan kusendiri, yang tak rela melihatku dalam kesepian,
dengan bantuan orang-orang di sekelilingku yang masih setia padaku, juga dengan bantuan dari
diriku sendiri agar tetap bisa menguatkan hati ini supaya senantiasa dekat dengan-Mu
Ya Rabbii…
Sering kali aku bertanya pada diri sendiri untuk apa kehadiranku di dunia ini? Jika semua yang
kuharap selalu berbalik dari arahnya. Pada saat aku sadar apa yang kufikirkan itu salah, dan saat
itulah air mata ini mengalir satu persatu dengan derasnya membasahi pipi, tanda penyesalan atas apa
yang kuperbuat. Hingga aku sadar aku diciptakan di dunia ini tidak lain hanyalah untuk beribadah
kepada-Mu.
Ya Rabbii…
Sungguh selama ini hatiku telah kotor karena prasangka burukku kepada-Mu, tapi Engkau selalu
membersihkannya dengan maaf-Mu. Aku malu…karna Engkau tak pernah lupa padaku, sedangkan
aku? Bukan hanya pernah tapi aku malah sering melupakan-Mu, terkhusus saat sedang Engkau
berikan nikmat, aku lupa bahwa nikmat itu datang dari-Mu, nikmat itu Kau berikan untukku sebagai
salah satu bentuk ujian iman sampai mana aku bersyukur atas limpahan nikmat-Mu, masihkah aku
ingat pada-Mu?
Ya Rabbii…
Jika saja aku benar-benar lalai akan diri-Mu, entah sejauh apa aku tersesat dari jalan-Mu. Tak ada
yang membimbingku untuk kembali ke jalan-Mu, tak ada yang mengingatkan aku apa tujuan awal
aku hidup didunia, tak ada yang memberitahuku bahwa Engkau masih menyayangiku, dan tak ada
yang peduli dengan jalan buruk yang telah kupilih.
Ya Rabbii…
Sedih, kesal, malu saat aku meratapi masa lalu yang begitu bodohnya, aku tak tahu harus kuletakkan
dimana wajah yang berdosa ini. Aku merasa tak pantas jika aku masih meminta minta kepada-Mu,
masih berharap kepada-Mu, jika aku sendiri tak percaya dan tak menerima takdir kehidupan yang
telah Kau berikan. Tapi Kau tak pernah pedulikan hal itu, Kau selalu menerimaku apa adanya.
Lalu, harus dengan kata apalagi aku meluapkan penyesalanku terhadap-Mu, aku bingung karena hati
ini masih belum tenang, hati ini masih ingin meluapkan segalanya yang terpendam. Tapi, bolehkah
aku katakana satu hal? Bahwa selama ini aku bahagia karena masih bisa merasa bersyukur atas
kehadiran-Mu yang selalu ada di sampingku, atas kesabaran-Mu yang selalu siap mendengar keluh
kesahku, atas kesetiaan-Mu yang selalu menungguku agar aku ingat kembali kepada-Mu, atas
kepedulian-Mu terhadap diriku yang sering mengacuhkan-Mu.
Ya Rabbii…
Selama ini janji-Mu kepadaku selalu Kau tepati, Kau tak pernah menghianatinya walau hanya
sekali, salah satunya janji-Mu yang akan selalu ada disaat suka dan duka, selama aku hidup didunia
ini aku hanya sibuk mencari teman yang setia yang mau memberikan bahunya dengan senang hati
untukku dikala duka menimpa, sehingga aku tak sadar bahwa masih ada tempat untukku bersujud
kepada-Mu.
Sekali lagi kuucapkan terima kasih, karena telah mau membaca dari awal hingga akhir surat ini. Dan
surat ini mewakilkan keadaanku bahwa sekarang aku sedang tidak baik-baik saja, aku tidak bisa
hidup tanpa adanya Engkau, aku selalu menantikan pertemuan kita kelak diakhirat yang kuharap
akan berujung baik dan bahagia.
Ya Rabbii…
Aku mencintai-Mu dengan sepenuh hati……
Khalilah Rafahsta - SMA Muhammadiyah Ahmad Dahlan
Kerennn
ReplyDeleteMantaap
ReplyDelete